·
Definisi
Flu Burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang menyerang burung / unggas dan manusia. Salah satu tipe yan
diwaspadai adalah yang disebabakan oleh influenza dengan kode genetik H5N1 ( H:
Haemagglutinin, N: Neuramidase ). (WHO = Avian Influenza, 2004)
Penyakit
flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1. Flu Burung merupakan
penyakit yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak unggas di areal
usaha peternakan. Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat
menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air. Flu
Burung berbahaya karena banyak jenis Flu Burung dapat menyebabkan manusia sakit
dan meninggal. (FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner).
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird
Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A danditularkan oleh unggas. Flu Burung adalah penyakit
influenza pada unggas, baik burung, bebek, ayam, serta beberapa
binatang yang lain seperti babi. Data lain menunjukkan
penyakit ini bisa terdapat burung puyuh dan burung onta.Penyakitini
menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia. Penyakit
ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari
kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita influenza. Sampai saat
ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia. Penyakit ini terutama
menyerang peternak unggas (wikipedia.org/wiki/ Flu _burung, 2007)
·
Etiologi
1.
Virus influenza tipe A
2.
Termasuk famili orthomyxoviridae
3.
Dapat berubah-ubah bentuk
4.
Terdiri dari hemaglutinin (H)
Neuramidase (N). Kedua huruf digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu
burung yang banyak jenisnya.
5.
Pada manusia hanya terdapat jenis
H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang H1H5 dan N1N9.
6.
Strain yang sangat virulen / ganas
dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1
7.
Virus tersebut dapat bertahan di air
sampai 4 hari pada suhu 22 ̊ C dan lebih dari 30 hari pada 0 ̊ C
8.
Virus akan mati pada pemanasan 60 ̊
C selama 30 menit / 56 ̊ C selama 3 jam dan dengan detergen, desinfektan missal
formalin cairan yang mengandung iodine.
·
Klasifikasi
Penderita
Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH
Thailand, 2005)
Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
·
Patofisiologi
Virus
influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Asam
nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode
sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung/simpai yang
terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan
(spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel
hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang
mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang
terletak dibagian terluar dari virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis
antigen yang terdiri dari (i) protein nukleokapsid (NP) (ii). Hemaglutinin
(HA), (iii). Neuraminidase (NA), dan protein matriks (MP).
Berdasarkan
jenis antigen NP dan MP, virus influenza digolongkan dalam virus influenza A,
B, dan C. Virus Influenza A sangat penting dalam bidang kesehatan karena sangat
patogen baik bagi manusia, dan binatang, yang menyebabkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi, di seluruh dunia. Virus influenza A ini dapat menyebabkan
pandemi karena mudahnya mereka bermutasi, baik berupa antigenic drift ataupun
antigenic shift sehingga membentuk varian-varian baru yang lebih patotegen. Di
dalam virus influenza tipe A dapat terjadi perubahan besar pada komposisi
antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi perubahan kecil
komposisi antigenik yang disebut antigenic drift. Perubahan – perubahan inilah
yang bisa menyebabkan epidemi atau bahkan pandemi. ). Virus influenza B adalah
jenis virus yang hanya menyerang manusia, sedangkan virus influenza C, jarang
ditemukan walaupun dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang.
Flu burung
dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran
unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air minum dan pasokan
makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi flu burung. Di
peternakan unggas, penularan dapat terjadi secara mekanis melalui peralatan,
kandang, pakaian ataupun sepatu yang telah terpapar pada virus flu burung
(H5N1) juga pekerja peternakan itu sendiri. Jalur penularan antar unggas di
peternakan, secara berurutan dari yang kurang berisiko sampai yang paling berisiko
adalah melalui pergerakan unggas yang terinfeksi ,kontak langsung selama
perjalanan unggas ke tempat pemotongan ,lingkungan sekitar (tetangga) dalam
radius 1 km, kereta/lori yang ,digunakan untuk mengangkut makanan, minuman
unggas dan lain-lain ,kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan
alat-alat .
Penularan virus flu burung dari unggas ke
manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan kotoran unggas yang
terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan atau benda-benda yang
terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Orang yang
berisiko tinggi tertular flu burung adalah pekerja di peternakan ayam ,pemotong
ayam ,orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu
burung orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung ,populasi
dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung.
Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk menginfeksi manusia dan
apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu menulari orang lain. Pada
kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan tidak
berkelanjutan. (Radji, 2006)
Penyakit
dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas. Virus ini kemudian
bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi
deskuamasi lapisan epitel saluran napas.Pada tahap infeksi awal, respons imun
innate akan menghambat replikasi virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure,
respons imun adaptif yang bersifat antigen spesific mengembangkan memori imunologis
yang akan memberikan respons yang lebih cepat. Replikasi virus akan merangsang
pembentukan proinflammatory cytokine termasuk IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang
kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan gejala
sistemik seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada umumnya influenza merupakan
penyakit yang self limiting & virus terbatas pada saluran napas. Pada
keadaan tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos
masuk sirkulasi darah & ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru
yang menginfeksi maka situasi akan berbeda.Imunitas terhadap virus subtipe baru
yang sama sekali belum terbentuk dapat menyebabkan keadaan klinis yang lebih
berat. Sistem imunitas belum memiliki immunological memory terhadap virus baru.
Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki tingkat virulensi atau
patogenisitas yang sangat tinggi seperti virus H5N1.
Tipe virus
yang berbeda akan menyebabkan respons imun & gejala klinis yang mungkin
berbeda. Diketahui bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi
pembentukan sitokin yang berlebihan (cytokine storm) untuk menekan replikasi
virus, tetapi justru hal ini yang menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas
& berat. Terjadi pneumonia virus berupa pneumonitis intertitial. Proses
berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar, mobilisasi sel
sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin
dan juga fibroblast. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator
peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan ARDS (Acute Respiratory
Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi hipoksia/anoksia yang
dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi secara cepat &
penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang
ireversibel.(Emedicine,2009).
·
Manifestasi
Klinis
Manifestasi klinis avian influenza
pada manusia terutama terjadi di system respiratorik mulai dari yang ringan
sampai yang berat. Manifestasi klinis avian influenza secara umum sam dengan
gejala ILI (influenza like illness), yaitu batuk, pilek, dan demam. Gejala lain
berupa sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, dan malaise.
Adapun keluhan gastrointestinal
berupa diare dan keluhan lain berupakonjungtivitis. Spektrum klinis bisa sangat
bervariasi, mulai dari asimtomatik, flu ringan hingga berat, pneumonia, dan
banyak yang berakhir dengan ARDS (acute respiratory distress syndrome).
kelainan laboratorium hematologi yang hampir selalu dijumpai adalah lekopenia,
limfopenia dan trombositopenia. Kelainan foto thoraks bisa berupa infiltrate
bilateral luas infiltrate difus, multilokal atau tersebar (Pathcy) atau
terdapat kolaps lobar.
·
Tanda dan
Gejala
o
Sakit tenggorokan
o
Nyeri otot
o
Sakit kepala
o
Batuk
o
Pilek
o
Demam
o
Lemah
·
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
ü Diagnosis flu burung dibuktikan
dengan :
§ Uji RT-PCR (Reverse Transcription
Polymerase Chain Reaction) untuk H5
§ Biakan dan identifikasi virus
Influenza A subtipe H5N1.
§ Uji Serologi :
a. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi
netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen
akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi
netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
b.
Titer
antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada
hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji
serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western
blot spesifik H5 positif.
§ Uji penapisan
- Rapid test untuk mendeteksi
Influensa A.
- ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2. Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit,
hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni
dan trombositopeni.
3.
Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT,
Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai
penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin,
peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan
laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan
Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan
Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di
paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang
dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu
burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
5. Pemeriksaan
Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi
pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan
PCR.
·
Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Dapat bersifat simptomatik sesuai gejala yang ada; jika batuk dapat diberi
obat batuk dan jika sesak dapat diberi bronkodilator. Pasien juga harus
mendapat terapi suportif, makanan yang baik dan bergizi, jika perlu diinfus dan
istirahat cukup. Secara umum daya tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan.
Selain itu dapat pula diberikan obat anti virus. Ada 2 jenis yang tersedia
: kelompok M2 inhibitors yaitu amantadine dan rimantadine
serta kelompok dari neuraminidase inhibitors yaitu oseltamivir
dan zanimivir.
Amantadine dan rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48 jam pertama
selama 3-5 hari, dengan dosis 5 mg/kg bb./ hari, dibagi 2 dosis, artinya, jika
penderita memiliki 30 kg, maka diberikan amantadine dan rimantidine sebanyak 30
x 5 gr = 150 gr, yang dosisnya dibagi menjadi 2 kali sehari, mejadi 75 gr per
12 jam. Jika berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
Sedangkan oseltamivir diberikan 75 mg, 1 kali sehari selama 1 minggu.
2. Pencegahan
Kebiasaan pola hidup sehat tetap berperanan penting. Secara umum pencegahan
flu tentunya tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang seimbang dan bergizi,
istirahat teratur dan olahraga teratur. Penanggulangan terbaik saat ini memang
berupa penanganan langsung pada unggas yaitu pemusnahan unggas atau burung yang
terinfeksi flu burung, dan vaksinasi unggas yang sehat.
a. Pencegahan pada manusia
1) Kelompok berisiko tinggi ( pekerja
peternakan dan pedagang )
§ Mencuci
tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
§ Hindari
kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
§ Menggunakan alat
pelindung diri ( contoh : masker dan pakaian kerja ).
§ Meninggalkan
pakaian kerja di tempat kerja
§ Bahan yang
berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditatalaksana dengan
baik ( ditanam atau dibakar ) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang di
sekitarnya.
§ Kandang dan
tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.
§ Alat-alat
yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan.
§ Bersihkan
kandang dan alat transportasi yang membawa unggas.
§ Lalu lintas
orang keluar masuk kandang dibatasi
§ Imunisasi
unggas yang sehat
2)
Masyarakat
§ Menjaga daya
tahan tubuh dengan makan makanan bergizi dan istirahat cukup.
§ Tidak
mengimpor daging ayam dari tempat yang diduga terkena wabah avian flu
§ Mengolah
unggas dengan cara yang benar, yaitu :
§ Pilih unggas
yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit di tubuhnya).
§ Memasak
daging ayam sampai dengan suhu ± 80°C selama 1 menit dan telur sampai dengan
suhu ± 64°C selama 5 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar