DEFINISI
Parkinson merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai
dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekuatan otot, dan hilangnya
refleks-refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur
dopaminergik (produksi dopamin) yang menghubungkan substansi nigra dengan korpus
striatum (nukleus kaudatus dan nucleus lentikularis). Ganglia basalis adalah
bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi,
dan mengakhiri pergerakan serta mengatur gerakan-gerakan otomatis karakteristik
yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan
otot. Penyakit ini bersifat progresif lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset khas
pada 50-an sampai 60-an. Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada
pengobatan yang dapat menyembuhkannnya.
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif terbanyak kedua
setelah demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat
luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup
penderita maupun keluarga. Penyakit ini dapat menyebabkan pasien mengalami
ganguan pergerakan. Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya
resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda
motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada
system nigrostriatal. Namun, deraja keparahan defisit motorik tersebut beragam.
Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif,
gangguan tidur, dan disfungsi autonom. Penyakit ini menyebabkan penderita tidak
bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. (Nakamura, 2008)
Penyakit Parkinson atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus) merupakan
suatu penyakit neurodegeneratif / sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke
globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). (Andi M, 2003 )
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang
berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya
degenerasi dari neuron dopaminergik pars substansia nigra pars kompakta,
ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari protein yang
disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada Parkinson juga terjadi pada
daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis
Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukleus dari saraf kranial,
sistem saraf otonom. ( Jankovic, 2002 )
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara
pria dan wanita seimbang. Gejala
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,
pengaruh usia pada umumnya
mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60-64 tahun sampai 3,5 % pada
usia 85-89 tahun. (Clarke CE, 2008)
ETIOLOGI
Sebagian besar kasus ini sebabnya dianggap tidak diketahui
atau idiopatik dan tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan
yang dapat menyembuhkannya. Penyakit
Parkinson belum di ketahui penyebabnya atau ideopatik. Parkinsonisme ideopatik
adalah penyakit Parkinson atau paralysis agitans. Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui),
reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik
yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau
dipercepat.Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di
substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum
jelas benar.
Lesi
utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen, terutama neuron di dalam
substansia nigra pada otak. (Substansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak
tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum).
Salah
satu neurotransmiter mayor di daerah otak ini dan bagian-bagian lain pada
sistem persarafan pusat adalah dopamin,
yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat control
gerakan. Walaupun dopamine normalnya ada dalam konsentrasi tinggi di bagian-bagian
otak tertentu, pada penyakit Parkinson dopamine menipis dalam substansia nigra
dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamine dalam basal ganglia berhubungan
dengan adanya bradikinesia, kekakuan dan tremor. Aliran darah serebral regional
menurun pada klien dengan penyakit Parkinson, dan ada kejadian demensia yang
tinggi. Data patologik dan biokimia menunjukkan bahwa klien demensia dengan
penyakit Parkinson mengalami penyakit penyerta Alzheimer.
Pada
kebanyakan klien, penyebab penyakit tersebut tidak diketahui. Parkinsonisme
arteriosklerotik terlihat lebih sering pada kelompok usia lanjut. Kondisi ini
menyertai ensefalitis, keracunan, atau toksisitas (mangan, karbon monoksida),
hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat. Krisi oligurik : menyertai
parkinsonisme jenis pasca-ensefalitis; spasme otot-otot konjugasi mata, mata
terfiksasi biasanya ke atas, selama beberapa menit sampai beberapa jam;
sekarang jarang ditemukan karena semakin sedikit klien dengan tipe
Parkinsonisme ini yang masih hidup.
1. Parkinsonisme
primer
2. Parkinsonisme
sekunder karena :
-
Pasca ensefalitis virus
-
Toksik misalnya karena
intoksikasi karbonmonoksida, karbondisulfida, mangan, sianida.
-
Lain-lain misalnya
karena perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada
petinju, infark lacunar, tumor serebri, hipoparatiroid, kalsifikasi.
-
Sindrom paraparkinson
Untuk lebih menegakkan diagnosis maka kita dapat melihat dari tingkatan
berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu :
1.
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang
ringan, terdapat gejala yang mengganggu tetapi belum menimbulkan kecacatan,
biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat
dikenali orang terdekat (teman)
2.
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal,
sikap/cara berjalan terganggu
3.
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu
saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang
4.
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk
jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor
dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya
5.
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak
mampu berdiri dan berjalan walaupun dibantu.
MANIFESTASI KLINIS
Penyakit
Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:
1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
2. Tremor yang menetap ,
3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,
4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,
5. Depresi, demensia,
6. Wajah seperti topeng
1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
2. Tremor yang menetap ,
3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,
4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,
5. Depresi, demensia,
6. Wajah seperti topeng
Komplikasi Psikiatrik
1.
Gangguan
Mood
2. Depsersi
3. Apatis
4. Emosionalisme
5. Ansietas
6. Psikosis
(halusinasi)
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Diagnosa penyakit parkinson didasarkan dengan pengambilan
data-data riwayat pasien secara hati-hati dan dengan pemeriksaan fisik pasien
yang dikaitkan dengan gejala-gejalanya. Hingga saat ni belum ditemukan test
laboratorium atau alat pencitraan yang dapat mengkonfirmasi penyakit parkinson.
Pencitraan resonansi magnetik atau yang dikenal dengan MRI mungkin menunjukkan
kondisi lain yang mempunyai gejala serupa dengan penyakit parkinson. Oleh
karena itu pasien yang mempunyai gejala-gejala serupa disarankan untuk mencari
seorang ahli saraf pada penyakit parkinson.
PEMERIKSAAN FISIK
Klien
dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan
pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardia, hipotensi dan penurunan frekuensi
pernapasan.
·
B1
(Breathing)
Gangguan
fungsi pernapasan: berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi
makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
§ Inspeksi
Umum: Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif,
peningkatan produksi sputum, sesak nafas dan penggunaan otot bantu nafas
§ Palpasi:
taktil premitus seimbang kanan kiri
§ Perkusi:
adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
§ Auskultasi:
bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyu, stridor, ronki pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien dengan inaktivitas
·
B2
(Blood)
Hipotensi
postural; berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada
pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom. Rasa lelah berlebihan
dan otot terasa nyeri: otot-otot lelah karena rigiditas.
·
B3
(Brain)
Inspeksi
umum; didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh
gerakan
·
Pengkajian
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya
compos mentis dan juga bergantung pada aliran
darah serebral regional menurun yang mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
·
Pengkajian
Fungsi Serebral
Status
mental: biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status
kognitif, penurunan persepsi dan penurunan memori,
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
·
Pemeriksaan
Saraf Kranial
Pengkajian saraf kranial meliputi
pemeriksaan saraf kranial I-XII
1. Saraf
I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan
2. Saraf
II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, di mana sesuai tingkat usia
yang tua biasanya klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman
penglihatan
3. Saraf
III, IV, VI. Gangguan saraf okulomotorius; sewaktu melakukan konvergensi
penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot
bola mata. Gerakan kedua bola mata untuk menatapkan mata pada sesuatu tidak
selal berjalan searah, melainkan bisa juga berjalan ke arah yang berlawanan.
Gerakan bola mata yangsinkron dengan arah yang berlawanan hanyalah gerakan
kedua bola mata ke arah nasal. Dalam gerakan itu, bola mata kini bergerak ke
kanan dan bola mata bergerak ke kiri. Gerakan kedua bola mata ke arah nasal
dinamakan gerakan konvergen, yang terjadi karena kedua otot rektus medialis
(internus) bereaksi
4. Saraf
V. Pada klien dengan penyakit parkinson umumnya didapatkan perubahan pada otot
wajah. Adanya keterbatasan otot wajah maka terlihat ekspresi wajah mengalami
penurunan di mana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata)
5. Saraf
VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
6. Saraf
VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis dan
penurunan aliran darah regional
7. Saraf
IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan.
8. Saraf
XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
9. Saraf
XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
·
Pengkajian
Sistem Motorik
Inspeksi
umum, didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh
gerakan. Klien sering mengalami rigiditas
deserebrasi.
·
Pengkajian
Refleks
Terdapat
kehilangan refleks postural, jika klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan
dengan gaya berjalan seperti di dorong. Kesulitan
dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunye ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh
·
Pengkajian
Sistem Sensorik
Sesuai
berlanjutnya usia, klien dnegan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik
secara progresif.
·
B4
(Bladder)
Penurunan
refleks kandung kemih area perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara
umum.
·
B5
(Bowell)
Pemenuhan
nutrisi bekurang sehubungan dengan intake nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum,
kelelahan otot, dan adanya tremor menyeluruh. Penurunan
aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi
PENATALAKSANAAN MEDIS
Sasaran tindakan adalah untuk
meninggikan transmisi dopamine. Terapi obat-obatan mencakup antihistamin,
antikolinergik, amantidini, levodopa, inhibitor monoamin oksidasi (MAO), dan
antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek samping psikiatrik pada
lansia.
1.
Antihistamin
Antihistamin
mempunyai efek sedative fan antikolinergik pusat ringan , dapat membantu
menghilangkan tremor.
2.
Terapi
Antikolinergik
Agens
antikolinergik (triheksifenidil, proksiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif
untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan
dalam kombinasi dengan levodopa. Agens ini
meniadakan aksi asetilkolin pada sistem
persarafan pusat. Efek samping mencakup pengelihatan kabur, wajah
memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retensi urine, dan konduksi akut. Tekanan
intraocular dipantau ketat karena obat-obatan ini kontraindikasi pada klien
dengan glaucoma sedikit sekalipun. Klien-klien dengan hyperplasia prostatic
dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine
3.
Amantadin
Hidrokhlorida
Amantadin
hidrokhlorida (symmetrel), agen-agens antivirus yang digunakan pada awal
penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor, dan bradikinesia. Agens
ini diperkiraan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan di
dalam saraf. Reaksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatrik (perubahan
perasaan hati, konfusi, halusinasi ), muntah, adanya tekanan pada epigastrium,
pusing, dan gangguan pengelihatan.
4.
Terapi
Levodopa
Walaupun
levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agens yang paling efektif
untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L
(MD4)-dopa menjadi dopamine pada bangsal ganglia. Seperti disebutkan di atas
dopamin dengan konsentrasi normal yang terdapat di dalam sel-sel substansia
nigra menjadi hilang yaitu pada klien dengan penyakit Parkinson. Gejala dapat
hilang akibat kadar dopamine yang lebih tinggi yang ada bersamaan dengan
levodopa.
5.
Derivat
Ergoet-Apnosis Dopamin
Agen-agens
ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap menjadi agonis resptor dopamine; agens
ini bermanfaat bila ditambah pada levodopa dan pada klien yang mengalami reaksi
on-off terhadap fluktuasi klinis ringan.
6.
Inhibitor
MAO
Eldepril
adalah satu dari perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat ini
menghambat pemecaha dopamine sehingga peningkatan jumlah dopamine tercapai,
tidak seperti bentuk terapi lain agens ini secara nyata memperlambat progresi
penyakit.
7.
Antidepresan
Antidepresan
trisiklik dapat dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa
terjadi pada penyakit Parkinson.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar